Bagaimana Muslim di China Melaksanakan Ibadah Haji

Setiap tahun, jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah, termasuk dari negara dengan populasi Muslim signifikan seperti China. Namun, di tengah pengawasan ketat pemerintah terhadap aktivitas keagamaan, umat Islam di China menghadapi proses yang berbeda dan penuh tantangan untuk bisa menjalankan rukun Islam kelima ini. Melalui jalur resmi yang ditetapkan negara, para calon jamaah harus melalui berbagai tahapan administratif, seleksi, hingga pengawasan ideologis.
Hallo teman teman kali ini kita akan membahas bagaimana muslim di China melaksanakan ibadah haji.
Bagaimana Muslim di China Melaksanakan Ibadah Haji
Di tengah megahnya Kota Suci Mekah yang setiap tahun dipadati jutaan umat Muslim dari seluruh dunia, terselip kisah unik dari mereka yang datang dari daratan Timur Jauh, China. Bagi komunitas Muslim di negeri dengan kendali ketat terhadap aktivitas keagamaan ini, melaksanakan ibadah haji bukan sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga sebuah proses panjang yang diwarnai birokrasi, seleksi ketat, dan pengawasan pemerintah. Meski Islam telah hadir di China selama lebih dari seribu tahun, realitas Muslim modern di negara tersebut menuntut mereka mengikuti jalur resmi yang diatur oleh negara untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima. Artikel ini akan mengupas bagaimana Muslim di China melaksanakan ibadah haji dari awal hingga akhir dalam konteks sosial-politik yang unik.
Yuk kita simak!
Harus Lewat Jalur Resmi
Muslim di China tidak bisa berhaji secara mandiri. Pemerintah hanya mengizinkan keberangkatan melalui lembaga resmi, yaitu Asosiasi Islam Tiongkok. Ini adalah satu-satunya organisasi yang diakui untuk menyelenggarakan kegiatan haji.
Kalau ada yang nekat berangkat tanpa izin resmi, bisa berujung masalah serius mulai dari dicekal, ditahan, hingga dimasukkan ke daftar pengawasan. Jadi, semua proses harus lewat jalur yang ditentukan negara.
Seleksi Ketat dan Kuota Terbatas
Bukan hanya harus melalui jalur resmi, jumlah jamaah pun dibatasi. China memiliki kuota haji tahunan, dan setiap calon jamaah harus melewati proses seleksi. Syaratnya cukup banyak:
Usia antara 18–70 tahun,
Kondisi fisik dan mental sehat,
Tidak punya catatan kriminal atau aktivitas keagamaan yang dianggap “berlebihan”,
Terdaftar sebagai Muslim di masjid yang diakui pemerintah.
Bahkan, loyalitas terhadap negara dan ideologi partai juga bisa jadi pertimbangan. Jadi, bukan hanya soal iman, tapi juga reputasi sosial dan politik.
Pembekalan Haji Versi China
Sebelum berangkat, calon jamaah wajib mengikuti pelatihan haji. Tapi jangan bayangkan hanya belajar manasik. Di sini, pelatihan juga mencakup edukasi kebangsaan, seperti pentingnya menjaga harmoni sosial, tidak terlibat kegiatan ekstrem, dan taat pada pemerintah. Ini bagian dari upaya negara menjaga stabilitas, katanya.
Perjalanan yang Diawasi
Saat tiba waktunya berangkat, jamaah dikumpulkan dalam kelompok besar dan didampingi petugas resmi. Mereka naik pesawat dari bandara yang ditentukan, seperti di Beijing atau Urumqi. Setibanya di Arab Saudi, kegiatan ibadah juga tetap dalam pengawasan. Petugas dari Asosiasi Islam Tiongkok akan terus mendampingi dan memastikan semuanya “terkendali”.
Muslim Uighur: Tantangan Lebih Berat
Kisah berbeda datang dari Muslim Uighur di wilayah Xinjiang. Mereka dikenal sangat religius, tapi justru itu yang membuat mereka lebih diawasi ketat. Banyak laporan menyebut warga Uighur sulit mendapatkan izin haji, bahkan sebagian dilarang sama sekali. Ada kekhawatiran dari pemerintah bahwa haji bisa jadi sarana menyebarkan ide “radikal”. Ini membuat ibadah haji bagi Muslim Uighur terasa lebih seperti perjuangan daripada perjalanan spiritual biasa.
Setelah Pulang, Masih Dipantau
Ibadah haji selesai bukan berarti pengawasan berakhir. Beberapa jamaah diminta untuk menulis laporan, menghadiri pertemuan komunitas, atau berbagi cerita tentang haji versi “positif” yang mendukung narasi nasional. Negara ingin memastikan bahwa ibadah haji memperkuat loyalitas, bukan sebaliknya.
Fakta-Fakta Unik tentang Ibadah Haji di China
- Semua jamaah haji China mengenakan pakaian seragam nasional. Biasanya dilengkapi dengan lambang negara dan tulisan “People’s Republic of China” dalam bahasa Arab dan Mandarin. Ini bagian dari diplomasi simbolik dan pengawasan visual.
- Setiap rombongan haji dilengkapi petugas keamanan – Mereka bukan hanya pembimbing ibadah, tapi juga mengawasi agar tidak ada penyimpangan ideologis atau tindakan yang “mencurigakan”.
- Jamaah haji wajib membawa bendera kecil China saat di Arafah atau Muzdalifah.Sebagai simbol nasionalisme dan instruksi resmi dari pemerintah.
- Penggunaan media sosial dibatasi selama haji. Beberapa jamaah tidak diizinkan mengunggah konten bebas terkait haji, untuk mencegah munculnya narasi yang “tidak sesuai”.
- Penyambutan sepulang haji bisa sangat berbeda antar daerah. Di beberapa tempat, para haji disambut dengan upacara meriah. Di tempat lain, terutama di Xinjiang, mereka malah diperiksa ulang oleh aparat.
Kesimpulan: Ibadah di Tengah Birokrasi
Muslim di China tetap bisa berhaji, tapi dengan prosedur panjang dan pengawasan ketat. Bagi mereka, haji bukan hanya soal niat dan kemampuan, tapi juga soal izin dan pengaruh politik. Meski penuh tantangan, banyak Muslim China tetap menjalani proses ini dengan tekad kuat, membuktikan bahwa spiritualitas bisa bertahan bahkan dalam sistem yang sangat membatasi.
Demikian ulasan tentang bagaimana muslim di China melaksanakan ibadah haji. Tentunya masih banyak informasi lainnya dari admin MandarinMe diantaranya 25 Benda Pembawa Keberuntungan Menurut Feng Shui. Semoga informasi ini bermanfaat utuk kita semua.